NEOLIBERALISME
"Neo-liberalisme"
adalah seperangkat kebijakan ekonomi yang meluas sejak sekitar 25 tahun
terakhir ini. Walaupun kata tersebut jarang didengar di Amerika Serikat, Anda
dapat melihat efek neoliberalisme secara jelas di sini dengan yang kaya semakin
kaya dan yang miskin semakin miskin. "Liberalisme" dapat mengacu pada
ide-ide politik, ekonomi, atau bahkan relijius. Di AS, liberalisme politik
merupakan strategi untuk menghindari konflik sosial. Ia dipresentasikan kepada
rakyat miskin dan pekerja sebagai sesuatu yang progresif dibandingkan
konservatif atau sayap Kanan. Liberalisme ekonomi berbeda.
Liberalisme
ekonomi berlangsung di Amerika Serikat sepanjang 1800an dan awal 1900an.
Kemudian Depresi Besar tahun 1930an membuat seorang pakar ekonomi bernama John
Maynard Keynes merumuskan sebuah teori yang menyangkal liberalisme sebagai
kebijakan terbaik bagi kaum kapitalis. Ia berkata, pada intinya, bahwa
kesempatan kerja penuh (full employment) dibutuhkan agar kapitalisme
tumbuh dan itu hanya dapat dicapai bila pemerintah dan bank sentral melakukan
intervensi untuk meningkatkan kesempatan kerja. Ide-ide ini banyak mempengaruhi
program New Deal Presiden Roosevelt -- yang sempat memperbaiki
kehidupan banyak orang. Keyakinan bahwa pemerintah harus menomorsatukan kepentingan
umum diterima secara meluas.
Tapi
krisis kapitalis selama 25 tahun terakhir, dengan penyusutan tingkat profitnya,
menginspirasikan para elit korporasi untuk menghidupkan kembali liberalisme.
Inilah yang menjadikannya "neo" atau baru. Kini, dengan globalisasi
ekonomi kapitalis yang pesat, kita menyaksikan neo-liberalisme dalam skala
global.
Definisi
yang berkesan tentang proses ini datang dari Subcomandante Marcos di Encuentro
Intercontinental por la Humanidad y contra el Neo-liberalismo (Pertemuan
Antar-Benua untuk Kemanusiaan dan Melawan Neo-liberalisme) pada Agustus 1996 di
Chiapas ketika ia mengatakan: "apa yang ditawarkan kaum Kanan adalah
mengubah dunia menjadi sebuah mal besar di mana mereka dapat membeli kaum
Indian di sini, perempuan di sana..." dan ia dapat juga menambahkan,
anak-anak, imigran, pekerja atau bahkan seluruh negeri seperti Meksiko."
Pokok-pokok
pemikiran neo-liberalisme mengandung:
1.
KEKUASAAN PASAR. Membebaskan usaha "bebas" atau usaha swasta dari
ikatan apa pun yang diterapkan oleh pemerintah (negara) tak peduli seberapa
besar kerusakan sosial yang diakibatkannya. Keterbukaan yang lebih besar bagi
perdagangan internasional dan investasi, seperti NAFTA. Menurunkan upah dengan
cara melucuti buruh dari serikat buruhnya dan menghapuskan hak-hak buruh yang
telah dimenangkan dalam perjuangan bertahun-tahun di masa lalu. Tidak ada lagi
kontrol harga. Secara keseluruhan, kebebasan total bagi pergerakan kapital,
barang dan jasa. Untuk meyakinkan kita bahwa semua ini baik untuk kita, mereka
mengatakan bahwa "pasar yang tak diregulasi adalah cara terbaik
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang akhirnya akan menguntungkan semua
orang." Itu seperti ekonomi "sisi persediaan" (supply-side)dan
"tetesan ke bawah" (trickle-down) yang dijalankan Reagan --
tapi kekayaannya sedemikian rupa tidak banyak menetes.
2.
MEMANGKAS PEMBELANJAAN PUBLIK UNTUK LAYANAN SOSIAL seperti pendidikan dan
layanan kesehatan. MENGURANGI JARINGAN-PENGAMANAN BAGI KAUM MISKIN, dan bahkan
biaya perawatan jalanan, jembatan, persediaan air -- lagi-lagi atas nama
mengurangi peran pemerintah. Tentunya, mereka tidak menentang subsidi dan
keuntungan pajak bagi bisnis besar.
3.
DEREGULASI. Mengurangi regulasi pemerintah terhadap segala hal yang dapat
menekan profit, termasuk perlindungan lingkungan hidup dan keamanan tempat
kerja.
4.
PRIVATISASI. Menjual perusahaan-perusahaan, barang-barang, dan jasa milik
negara kepada investor swasta. Ini termasuk bank, industri kunci,
perkereta-apian, jalan tol, listrik, sekolah, rumah sakit dan bahkan air
bersih. Walau biasanya dilakukan atas nama efisiensi yang lebih besar, yang
sering dibutuhkan, privatisasi terutama berdampak pada pengonsentrasian
kekayaan kepada pihak yang jumlahnya semakin sedikit dan menjadikan khalayak
umum harus membayar lebih untuk kebutuhannya.
5.
MENGHAPUS KONSEP "BARANG PUBLIK" atau "KOMUNITAS" dan
menggantikannya dengan "tanggung-jawab individu." Menekan rakyat yang
termiskin dalam masyarakat untuk mencari solusi sendiri terhadap minimnya
layanan kesehatan, pendidikan dan keamanan sosial mereka -- kemudian
menyalahkan mereka, bila gagal, karena "malas."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar